Rabu, 13 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dikenal sebagai makhluk berfikir dan hal inilah yang menjadikan manusia istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Kemampuan berpikir atau daya nalar manusialah yang menyebabkannya mampu mengembangkan pengetahuan. Dia mengetahui mana yang benar dan yang salah, mana yang baik dan yang buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus manusia diberikan berbagai pilihan. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpegang pada pengetahuan. Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yaitu: pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut. Kedua, kemampuan berfikir menurut suatu kerangka berfikir tertentu. Kedua faktor diatas sangat berkaitan erat. Terkadang sebagian manusia begitu sulit untuk mengkomunikasikan informasi, pengetahuan dan segala yang ingin dikomunikasikannya. Hal ini salah satunya dikarenakan tidak terstrukturnya kerangka fikir. Kerangka fikir akan terstruktur ketika obyek dari apa yang ingin dikomunikasikan jelas. Begitupun ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: • Adanya aktifitas berfikir, meneliti dan menganalisa. • Adanya metode tertentu dan sistematika tertentu. • Adanya obyek tertentu. Berpikir, meneliti dan menganalisa merupakan suatu proses awal dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan berpikir, seseorang sebenarnya sedang menempuh satu langkah untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Aktivitas berpikir akan membuahkan pengetahuan jika disertai dengan meneliti dan menganalisa secara kritis terhadap suatu obyek. Obyek tertentu merupakan syarat mutlak dari suatu ilmu. Karena obyek inilah yang menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam pengupasan lapangan ilmu pengetahuan itu. Tanpa adanya obyek tertentu maka dapat dipastikan tidak akan adanya pembahasan yang mapan. Metode merupakan hal yang sama pentingnya dalam lapangan ilmu pengetahuan. Tanpa adanya metode yang teratur dan tertentu, penyelidikan atau pembahasan kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi keilmuan. Dari segi metode inilah akan terlihat ilmiah tidaknya suatu penyelidikan atau pembahasan itu B. Rumusan masalah Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai apa yang menjadi obyek ilmu pengetahuan. Penulis akan lebih memfokuskan pembahasan tentang apa yang dimaksud dengan obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan   BAB II PEMBAHASAN A. Objek Pengetahuan (Filsafat) Dalam suatu ilmu pengetahuan perlu dilandasi atas sebuah filsafat yang merupakan hal pokok yang harus dilakukan sebelum memperoleh sebuah ilmu. Filsafat dari ilmu ini merupakan telaah kefilsafatan yang akan menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu yang ditinjau dari segi ontologis, epistimologis maupun aksiologis. Dengan kata lain filsafat merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu, seperti: • Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan? • Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya hal-hal apa yang harus diperhatikan agar menandakan pengetahuan yang benar? Apa kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang beruapa ilmu,dll. Dari hal di atas muncul beberapa pertanyaan bahwa benarkah saat semakin kita bertambah cerdas maka semakin pandai kita menemukan kebenaran? Apakah manusia yang memiliki penalaran tinggi, lalu makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi analisis yang hakiki, ataukah sebaliknya, makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta?. Tidak bisa dipungkiri, memang bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini, maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah. Pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab, pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan. Oleh sebab itu, agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita secara maksimal, maka harus kita ketahui jawaban apa saja yang mungkin bisa diberikan oleh suatu pengetahuan tertentu. Atau dengan kata lain, perlu kita ketahui kepada pengetahuan yang mana suatu pertanyaan tertentu harus kita ajukan. “No problem, no science”. Ungkapan Archi J Bahm ini seolah sederhana namun padat akan makna. Dari ungkapan ini kita bisa mengetahui bahwasanya ilmu pengetahuan muncul dari adanya permasalahan tertentu. Ilmu pengetahuan, menurut Bahm, diperoleh dari pemecahan suatu masalah keilmuan. Tidak ada masalah, berarti tidak ada solusi. Tidak ada solusi berarti tidak memperoleh metode yang tepat dalam memecahkan masalah. Ada metode berarti ada sistematika ilmiah. Permasalahan merupakan obyek dari ilmu pengetahuan. Permasalahan apa yang coba dipecahkan atau yang menjadi pokok bahasan, itulah yang disebut objek. Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu yang menjadi lapangan penyelidikan atau lapangan studinya. Objek ini diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang, metode, dan sistem tertentu. Adanya objek menjadikan setiap ilmu pengetahuan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Objek filsafat ilmu merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan.Untuk itulah kita perlu mengetahui apa yang dari pengetahuan itu sendiri. Adapun menurut Noeng muhadjir (2011:9) objek pengetahuan ada dua yaitu: 1. Objek material Objek material filsafat ilmu overlap dengan semua ilmu, yaitu membahas fakta dan kebenaran semua disiplin ilmu, serta konfirmasi dan logika yang digunakan semua disiplin ilmu. Sedangkan menurut Arif Rohman, Rukiyati dan L. Andriani (2011 : 22) objek material suatu bahan yang berupa benda, barang, keadaan atau hal yang dikaji. Menurut Surajiyo (2007: 5), objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal kongkret ataupun hal yang abstrak. Menurut Waryani Fajar Riyanto (2011 :20), objek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran, atau penelitian keilmuan. Ia bisa berupa apa saja baik apakah benda-benda material atau benda-benda non material. Ia tidak terbatas pada apakah hanya di dalam kenyataan kongret seperti manusia ataupun alam semetesta ataukah hanya di dalam realitas abstrak seperti Tuhan atau sesuatu yang bersifat ilahiah lainnya. Yang disebut obyek material adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu. Sedangkan menurut Surajiyo dkk. obyek material dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Obyek material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Obyek material mencakup apa saja, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang materil maupun yang non-materil. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya. Misal: objek material dari sosiologi adalah manusia. Contoh lainnya, lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Maka, berpikir merupakan obyek material logika. Istilah obyek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter). Pokok persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu: • Pokok persoalan ini dapat dimaksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan faktual. Misalnya: penyelidikan tentang atom termasuk bidang fisika; penyelidikan tentangchlorophyl termasuk penelitian bidang botani atau bio-kimia dan sebagainya. • Dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan. Misalnya: anatomi dan fisiologi keduanya berkaitan dengan struktur tubuh. Anatomi mempelajari strukturnya sedangkan fisiologi mempelajari fungsinya. Kedua ilmu tersebut dapat dikatakan memiliki pokok persoalan yang sama, namun juga dikatakan berbeda. Perbedaaan ini dapat diketahui apabila dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang diajukan dan aspek-aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari tubuh dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi dalam aspeknya yang dinamis. Auguste Comte (dalam Sudrajat, 2008) mendasarkan klasifikasinya pada objek material. Ia membuat deretan ilmu pengetahuan berdasarkan perbedaan objek material, yaitu:  Ilmu pasti/matematika  Ilmu falak/astronomi  Ilmu fisika  Ilmu kimia  Ilmu hayat/biologi, dan  Sosiologi. Deretan tersebut menunjukkan perbedaan objek dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Objek ilmu pasti adalah yang paling bersahaja karena hanya menyangkut angka yang mengikuti aturan tertentu. Oleh karena itu, matematika disebut juga ilmu pasti meskipun matematika paling bersahaja. Matematika juga merupakan alat bagi segenap ilmu pengetahuan. Sementara itu, ilmu palak menambahkan unsur gerak terhadap matematika, misalnya kinematika. Objek ilmu alam adalah ilmu palak atau matematika ditambah dengan zat dan gaya, sedangkan objek ilmu kimia merupakan objek ilmu fisika ditambah dengan perubahan zat. Unsur gelaja kehidupan dimasukkan pada objek ilmu hayat. Adapun sosiologi mempelajari gejala kehidupan manusia berkelompok sebagai makhluk sosial 2. Objek formal Objek formal filsafat ilmu adalah telaah filsafat tentang fakta dan kebenaran, serta telaah filsafati tentang konfirmasi dan logika. Fakta dan kebenaran menjadi objek formil substantif, sedangkan konfirmasi dan logika menjadi objek formil instrumentatif dalam studi filsafat ilmu. Sedangkan menurut Arif Rohman, Rukiyati dan L. Andriani (2011 : 22) objek formal adalah sosok objek material yang dilihat dan didekati dengan sudut pandang dan perspektif tertentu atau dalam istilah lain kemampuan berpikir manusia dalam memperoleh pengetahuan yang benar. Sementara objek formal menurut Waryani Fajar Riyanto (2011 :20) adalah cara pandang tertentu, atau sudut pandang tertentu yang dimiliki serta yang menentukan satu macam ilmu. Menurut Surajiyo (2007: 7), objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot. Dalam pandangan The Liang Gie (2010: 139), obyek formal adalah pusat perhatian dalam penelaah ilmuwan terhadap fenomena itu. Penggabungan antara obyek material dan obyek formal sehingga merupakan pokok soal tertentu yang dibahas dalam pengetahuan ilmiah merupakan objek yang sebenarnya dari cabang ilmu yang bersangkutan Obyek formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi-segi yang dimiliki obyek materi dan menurut kemampuan seseorang. Obyek formal diartikan juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana obyek material itu disorot. Obyek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu obyek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, “tujuan pengetahuan sudah ditentukan. Misalnya, obyek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia, diantaranya:psikologi, antropologi, sosiologi dan sebagainya. B. Perbedaan Objek Material Dan Objek Formal Filsafat Ilmu 1. Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak. 2. Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Objek material mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya. Sedangkan Obyek formal filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam dalamnya, atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti kodrat segala sesuatu itu secara mendalam (to know the nature of everything). Obyek formal inilah sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan, karena filsafat berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya Aristoteles (dalam Sudrajat, 2008) memberikan suatu klasifikasi berdasarkan objek formal. Ia membedakan antara ilmu teoritis (spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Perbedaanya terletak pada tujuannya masing-masing. Ilmu teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri, ialah untuk keperluan perkembangan ilmu, misalnya dalam hal preposisi atau asumsi-asumsinya. Ilmu teoritis mencakup fisika, matematika, dan metafisika. Ilmu praktis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari norma atau ukuran bagi perbuatan kita, termasuk di dalamnya adalah etika, ekonomia, dan politika.Poietis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan menghasilkan suatu hasil karya, alat dan teknologi. Ada perbedaan esensial di antaranya, yaitu ilmu praktis bersangkutan dengan penggunaan dan pemanfaatannya, sedangkan poietis bersangkutan dengan menghasilkan sesuatu, termasuk alat yang akan digunakan untuk penerapan. Berdasarkan taraf abstraksinya ilmu teoritis dibagi menjadi tiga jenis. Taraf pertama, abstraksi dilakukan terhadap individualitas gejala atau kenyataan sehingga ketika berbicara tentang rumah dan manusia, yang tinggal hanya rumah atau manusia pada umumnya. Abstraksi pada taraf kedua meninggalkan kuantitas serta menimbulkan matematika yang mencakup geometri (ilmu ukur), serta aritmatika (ilmu hitung). Abstraksi pada taraf ketiga menghasilkan sesuatu yang tidak bermateri (immaterialitas) yang dipelajari dalam metafisika. Kenyataan itu ditinjau dari sudut universalitas, kuantitas, dan immaterialitas yang berarti berdasarkan objek formal C. Implikasi Obyek Material dan Obyek Formal Persoalan-persoalan umum (implikasi dari obyek material dan obyek formal) yang ditemukan dalam bidang ilmu khusus itu antara lain sebagai berikut: Sejauh mana batas-batas atau ruang lingkup yang menjadi wewenang masing-masing ilmu khusus itu, dari mana ilmu khusus itu dimulai dan sampai mana harus berhenti. • Dimanakah sesungguhnya tempat-tempat ilmu khusus dalam realitas yang melingkupinya. • Metode-metode yang dipakai ilmu tersebut berlakunya sampai dimana. • Apakah persoalan kausalitas (hubungan sebab-akibat yang berlaku dalam ilmu ke-alam-an juga berlaku juga bagi ilmu-ilmu sosial maupun humaniora. D. Penyelidikan dan Pembagian Filsafat Menurut Objeknya Seperti yang dikemukakan Dr. H. Hamzah Ya’qub dalam Bukunya yang berjudul “Titik Temu Akal dengan Wahyu” beliau mengatakan bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalam ya. Disinilah diketahui bahwa sesuatu yang berwujud inilah yang akan menjadi bahan penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah: 1. Ada Umum Adalah menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam Bahasa Erops, ada umum ini disebut “Ontologia” yang berasal dari kata Yunani “Onontos” yang berarti ada dan dalam bahasa Arab sering menggunakan Untugia dan ilmu kainat. 2. Ada Mutlak Adalah sesuatu yang secara mutlak yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya ridak berpemulaan dan tidak berpenghabisan dan harus terus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal segala sesuatu. Ini disebut Tuhan. Dalam Bahasa Yunani “Theodicea” dan dalam Bahasa Arab “Ilah atau Allah”. 3. Comologia Yaitu filsafat yang mencari hakikat alam, dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan ada mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan oleh Allah. Ada tidak mutlak, mungkin ada dan mungkin lenyap sewaktu-waktu pada suatu masa. 4. Antropologia Antropologia (filsafat manusia) karena manusia termasuk ada yang tidak mutlak, maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya. Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropologia. 5. Etika Adalah filsafat yang mennyelidiki tingkah laku manusia. Bagaimana tindakan manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan makluk lainnya. 6. Logika Logika ialah filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi maka tidak aka nada penyelidikan. Oleh karenanya dipersoalkan apakah manusia mempunyai akal budi dan adapatkah akal budi itu mencari kebenaran. Dengan segera timbul pula persoalan, apakah kebenaran itu dan sampai manakah kebenaran dapat ditangkap oleh akal budi manusia.   BAB III PENUTUP Kesimpulan Obyek ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Inti pembahasan atau pokok persoalan dan sasaran material dalam ilmu pengetahuan sering disebut sebagai obyek material ilmu pengetahuan. Sedangkan cara pandang atau pendekatan-pendekatan terhadap obyek material ilmu pengetahuan biasa disebut sebagai obyek formal. Dari berbeda-bedanya obyek ilmu pengetahuan ini, timbullah ragam dan corak ilmu pengetahuan. Dengan mengetahui obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan kita dapat mengetahui bidang keilmuan apakah yang dimungkinkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan yang kita miliki. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Objek filsafat ilmu dibagi menjadi dua, yaitu: objek material dan objek formal. objek material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara umum. Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Sedangkan, objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan yang mencakup tentang apakah yang ingin manusia ketahui, bagaimanakah cara manusia memperoleh pengetahuan, dan apakah nilai pengetahuan tersebut bagi manusia itu sendiri.   DAFTAR PUSTAKA Arif Rohman, Rukiyati, dan L. Andriani. 2011. Mengenal Epistimologi dan Logika Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Jujun S. Suriasumantri. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Mustansyir, R dan Munir M. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Noeng Muhadjir. 2011. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Rake Sarasin The Liang Gie. 2012. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta : Libert Suhartono, Suparlan. 2004. Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz. Surajiyo. 2007. Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara. Suriasomantri, Jujun S. 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Waryani Fajar Riyanto. 2011. Filsafat Ilmu Topik-topik Estimologi. Yogyakarta: Integrasi Interrkoneksi Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar